Senin, 10 Juni 2013

Setitik Kisah dari Tanah Pasir

oleh : Deni Khaerudin

Bromo, dengan keeksotisan alam yang begitu mempesona, menarik jutaan jiwa untuk mendekat padanya. Hamparan pasir yang membentang dalam derian angin dingin menusuk dalam sanubari yang hilang dalam awan. Di balik gagahnya gunung yang bertengger dalam jajaran khas yang memanjakan. Sisi masyarakatnya pun begitu mempesona. Keramahan suku tengger bromo ini jugalah yang menarik banyak jiwa untuk kembali ketempat ini. Pak marto, seorang warga asli suku tengger bromo yang saya temui secara tidak sengaja dalam perjalanan riset ini menceritakan banyak hal mulai dari kebiasaan, adat istiadat, sejarah sampai mitos dia ceritakan.

Pria berusia 28 tahun ini masih lajang dan beragama hindu. Beliau tahu banyak mengenai sejarah suku tengger yang turun temurun diceritakan oleh orang tuanya. Di ceritakan bahwa disini dulu hidup sepasang suami istri yang tidak juga mempunyai keturunan. Lalu suaminya tersebut bertapa di gunung bromo selama 1 tahun dan berjanji apabila mempunyai 25 anak maka anak bungsunya tersebut akan dipersembahkan kepada gunung bromo.

Namun setelah terkabul semua yang dimintanya sepertinya suami ini lupa lalu kemudian seluruh anak anaknya di ambil oleh gunung bromo dan beberapa gunung disekitarnya. Kemudian di suatu ketika terdengar suara bahwa anak itu sudah tinggal dengan tenang. Kemudian ke 25 anak itulah yang dikenal oleh masyaratkat hindu bromo ini sebagai roh roh leluhur yang suci. sehingga mereka percaya bahwa setiap gunung yang berada disana adalah para leluhur mereka yang sangat mereka hormati.

Tidak ada komentar: