Selasa, 26 November 2013

Secuil kata untuk kekasih hati



Malam keagungan telah berlalu,
berlalu dalam gemuruh tangisan jutaan jiwa
merindukan jiwa jiwa suci yang telah terangkat dengan indah
kata, tak mampu menorehkan seluruh gejolak samudera cinta dan kebanggan
Duhai tuan mulia ku, bersitan rasa dalam tulisan ini adalah bongkahan atas rasaku padamu

duhai tuan guru, tak pernah sehari penuhpun ku habiskan waktu bersamamu,
si hina ini hanya tertunduk di tengah kerumunan para pecintamu,
walau satu waktu kau pernah meliriku begitu tajam dan dalam
aku tak kuasa untuk lebih dekat maju duduk di dekatmu
Keberanian ku lebur dalam kewibawaanmu
wahai jiwa indah dari darah terindah Sayidina Rasulillah saw
hampir 6 tahun ku hadir dalam majelis kesejukanmu
dan begitu terhitung aku dapat menyentuh dan mencium tangan muliamu
Keberanianku kian pupus melihat kondisimu yang melemah.
tak pantaslah aku kembali berdesakan dengan ribuan orang lainnya yang berebut  ingin menyentuh tangan muliamu
sedangkan kursi roda atau bahkan kasur listrik memapahmu dalam majelis ilmu.
Logika tak mampu menjawab hal ini.
raga kita jauhh jauhh jauhh ya sayyidi.
namun engkau terasa begitu memeluk dalam seindah indah pelukan

kehangatanmu yang memelukku
Meleburkan setiap cita cita hampa
tatapan tajammu,
memupuskan segala niat hina
canda tawamu, mengangkat setiap duka
lembut kasih sayangmu, dan dalamnya cintamu
menghancurkan setiap cinta yang bersemayam dalam jiwa

Logika mana yang mampu menjawab, duhaiii jiwa dan raga hina..
renungilah, fahamilah… inilah hakikat cinta
inilah yang beliau maksudkan dalam setiap kata kata indahnya
dan inilah pribadi Nabimu, Muhammad rasulullah saw.

Bertahannlah, ikrarkanlah dan bersumpahlah
kau akan melanjutkan perjuangan dan cita citanya

walau badai semakin besar menerjang
walau pembakaran siap di tumpahkan
walau jiwa raga harus mati dalam perjuangan

Lihatlah, beliau tersenyum..

panji panji dakwah kelembutan sayidinna Muhammad kini dalam gengamanmu.

Sayidina ja`far terputus kedua tangan dan kepalanya di bantai oleh musuh islam dalam perang mu`tah teguh tegak duduk di atas kudanya. Tetap Memeluk erat panji kemenangan sayidina Muhammad.

Bagaimana dengan engkau ?

26 November 2013



Pagi sendu dalam kesejukan yang menangkan.
merangkai kata dalam alunan dawai dawai indah hembusan cinta
walau fana, tetap hal itu dirasa
Duhaii jiwaku yang mengalir dalam kesejukan ini
merona dalam setiap detik detik cinta yang berpijar pijar
kesucian adalah jawaban untuk memaknai setiap kicauan

duhaii Rabb ku, sang pemilikku sungguh engkau lebih mengetahui aku lebih dari diriku sendiri
duhai tuhan maha raja langit dan bumi, duhai tuhan maha dermawan
duhai tuhan yang menciptakan kesejukan dan ketenangan.
jiwa hatiku bersimpuh tertunduk dalam keagunganmu
bersemilir bagai udara yang tak Nampak namun nyata

duhaii  tubuh dan jiwa nan indah yang ku rindukan.
jiwaku bergejolak dalam kesempitan’
dawai udara yang bersemilir ini semakin menusuk
hingga sanubariku tenggelam semakin dalam pada samudera kerinduan
Duhaii Allah tuhanku, takkah engkau melihat gejolak ini ?
sedangkan kau yang telah berfirman dalam kitabmu, kau lebih dekat dari urat leherku
Demi engkau wahai yang maha dekat, Dekatkanlah aku kepadanya
agar gejolak ini kian meredam dan berganti kebahagiaan
Merona dalam kesenduan, berhias nada nada cinta dalam dawai kesucian dan kebahagiaan