Malam keagungan telah berlalu,
berlalu dalam gemuruh tangisan jutaan jiwa
merindukan jiwa jiwa suci yang telah terangkat dengan indah
kata, tak mampu menorehkan seluruh gejolak samudera cinta dan kebanggan
berlalu dalam gemuruh tangisan jutaan jiwa
merindukan jiwa jiwa suci yang telah terangkat dengan indah
kata, tak mampu menorehkan seluruh gejolak samudera cinta dan kebanggan
Duhai tuan mulia ku, bersitan rasa dalam tulisan ini adalah
bongkahan atas rasaku padamu
duhai tuan guru, tak pernah sehari penuhpun ku habiskan waktu bersamamu,
si hina ini hanya tertunduk di tengah kerumunan para pecintamu,
walau satu waktu kau pernah meliriku begitu tajam dan dalam
aku tak kuasa untuk lebih dekat maju duduk di dekatmu
duhai tuan guru, tak pernah sehari penuhpun ku habiskan waktu bersamamu,
si hina ini hanya tertunduk di tengah kerumunan para pecintamu,
walau satu waktu kau pernah meliriku begitu tajam dan dalam
aku tak kuasa untuk lebih dekat maju duduk di dekatmu
Keberanian ku lebur dalam kewibawaanmu
wahai jiwa indah dari darah terindah Sayidina Rasulillah saw
hampir 6 tahun ku hadir dalam majelis kesejukanmu
dan begitu terhitung aku dapat menyentuh dan mencium tangan muliamu
wahai jiwa indah dari darah terindah Sayidina Rasulillah saw
hampir 6 tahun ku hadir dalam majelis kesejukanmu
dan begitu terhitung aku dapat menyentuh dan mencium tangan muliamu
Keberanianku kian pupus melihat kondisimu yang melemah.
tak pantaslah aku kembali berdesakan dengan ribuan orang lainnya yang berebut ingin menyentuh tangan muliamu
sedangkan kursi roda atau bahkan kasur listrik memapahmu dalam majelis ilmu.
tak pantaslah aku kembali berdesakan dengan ribuan orang lainnya yang berebut ingin menyentuh tangan muliamu
sedangkan kursi roda atau bahkan kasur listrik memapahmu dalam majelis ilmu.
Logika tak mampu menjawab hal ini.
raga kita jauhh jauhh jauhh ya sayyidi.
namun engkau terasa begitu memeluk dalam seindah indah pelukan
kehangatanmu yang memelukku
Meleburkan setiap cita cita hampa
tatapan tajammu,
memupuskan segala niat hina
canda tawamu, mengangkat setiap duka
lembut kasih sayangmu, dan dalamnya cintamu
menghancurkan setiap cinta yang bersemayam dalam jiwa
raga kita jauhh jauhh jauhh ya sayyidi.
namun engkau terasa begitu memeluk dalam seindah indah pelukan
kehangatanmu yang memelukku
Meleburkan setiap cita cita hampa
tatapan tajammu,
memupuskan segala niat hina
canda tawamu, mengangkat setiap duka
lembut kasih sayangmu, dan dalamnya cintamu
menghancurkan setiap cinta yang bersemayam dalam jiwa
Logika mana yang mampu menjawab, duhaiii jiwa dan raga
hina..
renungilah, fahamilah… inilah hakikat cinta
inilah yang beliau maksudkan dalam setiap kata kata indahnya
dan inilah pribadi Nabimu, Muhammad rasulullah saw.
renungilah, fahamilah… inilah hakikat cinta
inilah yang beliau maksudkan dalam setiap kata kata indahnya
dan inilah pribadi Nabimu, Muhammad rasulullah saw.
Bertahannlah, ikrarkanlah dan bersumpahlah
kau akan melanjutkan perjuangan dan cita citanya
kau akan melanjutkan perjuangan dan cita citanya
walau badai semakin besar menerjang
walau pembakaran siap di tumpahkan
walau jiwa raga harus mati dalam perjuangan
Lihatlah, beliau tersenyum..
panji panji dakwah kelembutan sayidinna Muhammad kini dalam gengamanmu.
Sayidina ja`far terputus kedua tangan dan kepalanya di
bantai oleh musuh islam dalam perang mu`tah teguh tegak duduk di atas kudanya. Tetap
Memeluk erat panji kemenangan sayidina Muhammad.
Bagaimana dengan engkau ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar