Tujuh belas agustus 1945, presiden republic Indonesia yang
pertama memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Kini, tepat enam puluh tiga
tahun sejak di terjadinya peristiwa itu,
Indonesia mampu tumbuh secara mandiri dengan pesat dalam sector ekonomi makro.
Tanahnya tetap subur namun banyak tergantikan oleh beton beton yang juga subur
untuk gedung gedung tinggi.
Sedikit pudar secara terperinci, namun ingatan belum lupa,
setahun yang lalu seorang nenek yang di usir secara paksa di suatu daerah
Indonesia karena mendekati lokasi upacara 17 agustus.lalu Apa berdayanya seorang nenek nenek renta !! di
usir secara paksa dan kerass ??!! anjing anjing Negara itu bagai tak memiliki logika. Entah
apa yang ada di benak binatang berbentuk manusia itu yang tega berbuat
demikian. Salahkah di hari kemerdekaan nenek itu mendekat hanya untuk sekedar
bangga dengan sang merah putih ? ataukah mereka berfikir nenek nenek itu akan
tega memberangus orang orang yang sedang mengikuti upacara ??
Jangan salahkan mereka yang apatis terhadap bangsa
Indonesia, atau sesungguhnya mereka tidak apatis, hanya sekedar menutupi keingingan
untuk berbuat baik namun terhalang birokrasi yang sok suci tapi busuk di
dalamnya. Kemunafikan adalah jalan pintas bagi mereka binatang binatang
peliharaan Negara yang gonggongan nya selalu berkata “atas nama rakyat”.
Entah kenapa, saya cukup meringis melihat upacara di 17
agustus di istana Negara Jakarta yang saya saksikan di televise. Betapa rakyat
rakyat jelata itu hanya menyaksikan upacara dari jarak yang jauh dan di luar
pagar istana. Bak menonton sebuah acara pernikahan berkelas dan mereka bagaikan
manusia hanya manusia yang tak sekelas dengan pejabat itu.
Salahkah jika mereka lebih di anggap sebagai warga Negara
Indonesia ? tidak kah bisa para penghuni istana itu menyediakan tempat yang
lebih manusiawi bagi para manusia jelata itu ? dengan tenda tenda seadanya di
halaman istana saja tentu mereka akan merasa sangat bangga di anggap sebagai
rakyat Indonesia yang MERDEKA !! Menghormati sang saka dengan penuh rasa cinta.
Setidak tidaknya, setahun sekali bersama para pemimpinnya. Bukan di tempatkan
jauh di sisi jalan seakan akan tak berguna.
Berapa banyak undangan yang tak
hadir dalam acara itu ? rakyat rakyat di pinggir jalan itu justru tidak di
undang dan mereka hadir walau di bawah pohon nan jauh dari istana. Ataukah
istana takut terkotori dengan sandal jepit atau sepatu mereka yang penuh tanah
di pusat kota.
Kemerdekaan yang telah di rebut oleh para pejuang yang rela
berkorban tenaga, harta dan nyawa. Harusnya lebih kita hargai. Bukan hanya
mereka yang bergelar veteran yang menuntut kesejahteraan dan menuntut rumah
rumah dinas milik Negara. Namun dengan peraturan undang undang yang baru di
keluarkan, kesejahteraan mereka lebih terjamin. Setidaknya, cukup memenuhi
kebutuhan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para
pahlawannya. Dan saya kira, pejuang yang hebat tidaklah meminta kepada Negara
apa yang di berikan untuknya. Tetapi apa yang bisa mereka lakukan untuk negara.
Merdeka harusnya milik setiap individu di Indonesia, bukan
hanya orang kota yang kaya raya tetapi juga tentunya merdeka bagi orang di
pelosok negeri yang mungkin belum terjamah tangan pemerintah. Pada dasarnya
kemerdekaan adalah suatu dari sebab dan akibat dan tersusun hingga timbulah
kesejahteraan.
Maka kesejahteraan pun demikian. Etos kerja yang baik,
birokrasi yang adil, dan semangat juang menjadi tombak utama untuk
kesejahteraan. Sebaik apapun pemerintahan, namun tidak di dukung oleh sikap
etos kerja yang baik dari masyarkat tentulah bagai atap tanpa tiang.
Indonesia sedang berbenah. Sebagai Negara berkembang
perekonomian dan pola fikir masyarakat semakin maju dan semoga akan terus maju.
Bagaimanapun engkau wahai Indonesia, engkau tetap ibu pertiwi ku. Tanah air yang
kucintai.
Dirgahayu Bangsa dan Negeriku Indonesia !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar