Cinta, asmara dan seputarnya menjadi realita yang tak dapat
terpisahkan dari manusia. Dengan cinta segalanya menjadi berbunga, harum
dan menenangkan. Cinta kini mulai bertafsir dalam suatu hubungan yang cukup
beragam. HTS, Berpacaran, tunangan, dan lain lain.
Dalam berpacaran
terutama, saya kira menjadi kewajaran ketika ada problema yang terjadi. Belum lagi bagi mereka yang berhubungan jarak
jauh atau biasa di sebut LDR ( long distance relationship). Beragam masalah
akan muncul. Curiga yang berlebihan, sifat kasar mulai muncul Sehingga
timbulah pemikiran yang negative dalam hati dan prasangka.
Rasa cemburu yang
berlebih membuat seseorang akan semakin merasa terkekang, bukan hanya yang
mencemburui tapi mereka yang di cemburui akan lebih merasakannya. Kebebasan
sebagai remaja rasanya hampir luput. Di makan oleh prasangka dan rasa cinta
yang antah berantah.
Tapi banyak orang yang bersedia untuk tetap melanjutkannya.
Dengan alasan “terlanjur” mereka rela mengorbankan rasa kebebasannya demi orang
yang di cintainya. Lalu, apakah mereka sayang terhadap dirinya sendiri. Apakah
rasa itu menjadi alasan satu satunya untuk tetap merasa terkekang ? sadar
atau tidak atau saya rasa mereka pasti sadar ada sesuatu yang membuat mereka
benar benar tidak dapat melapaskan diri satu sama lain. Hubungan yang terlewat
batas menjadi sebab yang memungkinkan. Sehingga faktor psikis mereka akan
terganggu dengan bahasa lain “udah sejauh ini masa mau udahan”. Nah kata
“sejauh” itulah yang mengindikasikan beragam penafsiran. sejauh rasa cintanya
kah, sejauh hubungan keluarga kah Sejauh rentang waktu hubungan kah, atau yang
lebih rusak, sejauh “perbuatan” yang dilakukan.
Lalu, sejauh itukah rasa cinta di aplikasikan ? cinta dan
nafsu menjadi satu paket yang tidak pernah bisa terlepas dan akan tetap haram
kecuali dengan pernikahan. Apakah itu sebabnya islam melarang berpacaran,
bahkan yang lebih exterem lagi melarang pria untuk memandang wanita yang bukan
muhrimnya. Menurut salah seorang ulama beliau menuturkan bahwa nafsu yang
terdapat di laki laki itu ada satu, dan nafsu yang terdapat pada perempuan ada sembilan.
Namun, satu nafsu laki laki ini sangat ‘riskan’ dan dapat dengan mudah memicu Sembilan nafsu
pada wanita.
Dengan beragam alasan mengatas namakan cinta bahkan sampai
mengobral tuhan. Cinta di ungkapkan dengan kata manis dan manja yang dengan
mudah meluluhkan setiap jiwa yang berbisik di dalamnya. Penghambaan menjadi
satu satunya jalan yang di tempuh demi sang kekasih. Keluarga, sahabat menjadi
sesuatu yang harus di korbankan demi dia yang di cinta. Kerusakan terjadi tanpa
sadar atau di sadari, tapi karena sudah terlanjur ya di lanjutkan tidak menjadi
masalah saat ini.
Dengan semua problem yang terjadi, lalu apakah setiap
individu tidak berhak atas rasa cinta kepada lawan jenis ? atau mereka yang
rela mengorbankan semua rasa itu dengan tidak sama sekali berpacaran. Padahal
sedang benar benar merasakan cinta. Yang wajar Ingin selalu di dekatnya, ingin
selalu memandangnya. Sedangakn banyak motivator mengatakan ‘cinta itu harus
memiliki ! yang mengatakan cinta tidak harus memiliki hanya untuk mereka yang
putus asa !’ memiliki yang seperti apa ? apakah hanya dengan cara mengungkapkan
tapi tidak mau ada hubungan dan saling jaga perasaan dengan komitmen yang
sederahana. Atau hanya merasakan dia milik kita tanpa ada satu tindakan apapun
?? rumit rasanya untuk berkutat dengan hal hal semacam itu. Namun yang pasti,
itu terjadi di kehidupan kita.
Saya sempat berfikir dengan mereka yang dapat menomor dua
kan perasaan itu. Perasaan untuk punya pacar, kekasih dan sejenis itu. Beberapa
teman yang saya perhatikan, sepertinya senang senang saja dengan hal itu. Atau
mungkin mereka yang pandai menyembunyikan kegalauan hatinya. Tetapi sepertinya
mereka lebih sibuk dengan pendidikannya, lebih sibuk dengan passion nya lebih
sibuk dengan mimpi mimpi besar yang ingin dicapainya. Sehingga terlupakan lah
semua rasa yang wajar di rasakan remaja itu. Mungkin…
Tapi, Perhatikanlah, diri kita sendiri ketika kita sibuk
dengan beragam urusan di luar, entah dengan kegiatan kah, dengan hobby kah,
dengan urusan kampus kah. Saya tidak merasakan sama sekali tentang perasaan
ingin berpasangan itu. Ketika saya melakukakan hal tersebut. Focus kita bukan
lagi ke masalah itu. Dan bahkan pengaplikasian rasa cinta itu lebih bisa kita
aplikasikan kepada Allah, kepada orang tua adik adik dan keluarga juga sahabat
kita. Rasa peduli, rasa perhatian, rasa rindu itu bisa lebih teraplikasi dengan
seimbang. Ya cinta memang sejatinya harus seimbang. Seratus persen menjadi
presentase yang wajib di tuliskan.
Dan sebaliknya. Ketika kita diam, tidak ada kegiatan apapun hanya berdiam di
rumah. Rasa kesendirianlah yang akan muncul, sehingga focus kita berada pada
ingin mempunyai pasangan. Iri melihat teman yang sepertinya berbahagia dengan
sang kekasih. Dan akan terus munculah, perasaan seperti itu yang sangat
mengganggu hati dan fikiran yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk kita
fikirkan.kegalauan kegalauan yang semakin menjadikan diri semakin tidak mempunyai harga.
Saya sangat kagum, dan tidak ada yang melebihi kekaguman ini.
Ketika melihat mereka yang berhasil dengan study nya di usia muda, berkelas dan
berfikiran dewasa. Mampu menggapai apa yang ingin di capai tanpa sibuk dengan
urusan percintaanya. Yang di bilang pacaran adalah salah satu motivasi. Tetapi
mereka mampu berhasil dalam studynya tanpa motivasi seperti itu. Mereka mungkin
lebih sibuk dan berupaya semampunya untuk apa yang merka capai. Ibarat sebuah
kamera dengan lensa yang besar, dengan focus yang sangat tajam mampu mengambil
dengan detail apan yang ingin di capai. dan mereka dapat sampai dengan gemilang dan penuh kebanggan. Dan yang selain itu, “Blur” dalam fikirian mereka. dan itulah mungkin salah satu target kedepan untuk saya.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar