Kamis, 18 Juli 2013

Kerinduan Mentari I


oleh : Deni
Sendu mentari dalam kesejukan yang menaburkan setiap rasa ketenangan dalam dekapan sebuah sayang. Mentari berpijar setelah tenggelam nya rembulan di telan oleh putaran yang bisu. Kebisuan dalam setiap kata yang tak dapat terucap untuk mendeskripsikan isi perasaan dalam dada yang sudah lama sesak tak terungkap.

Matahari dan bulan sudah terlalu dekat. Mereka  Satu suara untuk saling menerangi dalam putaran yang bisu. perpisahan yang semu yang jelas terbersit dalam benak setiap jiwa. Menghantarkan semua tafsir tak berbahasa yang hanya bersandar pada sikap dan perhatian yang suci. Bagaikan merangkak dalam tanjakan tak terhenti yang menyakitkan diri dalam ketidak pastian.

Kepastian. Adalah salah satu keinginan yang tak dapat terungkapkan, hingga saat ini semua yang menjadi sesak itu tak juga terungkap dalam kata dan bahasa. Verbal yang terungkap hanya membisikan dalam jutaan Tanya yang tak terjawab.

Kekhawatiran yang mendalam, matahari tak mau kehilangan rembulan yang dekat bukan dalam jarak. Perhatian kosong yang hanya terlewat di hadapan rembulan, lewat bagaikan angin yang berhembus. Terhisap dan terserap dalam raga, namun hampa di rasa. Ketika bulan di damaikan oleh bintang, dan ketika matahari di damaikan dalam biru nya awan. Bintang yang tebaran dan birunya awan tak sadar kerinduan antara matahari dan bulan.

Wahai matahari, kau merindukan bulan dalam selimut cinta. Maka bangunlah dalam selimut itu. layaknya cinta itu sebagai naungan bukan lagi terlelap dalam selimut yang menyakitkan tak dapat mengungkapkan segala rasa. Berkorban dalam setiap gerak yang selalu salah tingkah di dekatnya. Ungkapkanlah, dan sungguh kau menginginkan lebih dari sekedar kedekatan yang biasa.

Wahai rembulan, sadarkah kau, bahwa dia memperhatikan mu, merindukan dan menyayangimu. Betapa khwatirnya dia, jika bintang kembali mendekatimu dan memelukmu dalam dekapan cinta.  Tetapi ia tak berdaya akan rasa khwatirnya, takut kau menolaknya dan kau menjauh darinya.


Tidak ada komentar: